Gamer masuk barak jadi sorotan setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, membawa siswa yang dinilai nakal, termasuk kecanduan game online.
Salah satu kategori siswa yang dianggap perlu pembinaan adalah mereka yang bermain game online secara berlebihan. Keputusan ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, terutama di kalangan pecinta esports. Menariknya, Esports Indonesia (ESI) Jawa Barat tak tinggal diam dan menyampaikan sikap tegasnya terhadap kebijakan tersebut. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran INFORMASI ESPORT INDONESIA.
ESI Jabar Sambut Positif, Tapi Beri Catatan Penting
Sekretaris Umum ESI Jawa Barat, Kiki Nurjaman, menyatakan bahwa pihaknya menyambut positif langkah Dedi Mulyadi, selama hal itu bertujuan membentuk karakter generasi muda. Menurutnya, pembinaan karakter sangat penting dalam dunia esports profesional, yang menuntut kedisiplinan dan sportivitas tinggi dari para pemain.
Namun Kiki juga memberikan catatan penting tidak semua anak yang bermain game online bisa langsung dicap sebagai anak nakal. “Cabor esports ini lahir dari olahraga rekreasi. Lalu berkembang jadi olahraga prestasi karena ada potensi besar membangun sumber daya manusia,” ujar Kiki saat dihubungi, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Agar Menjadi Pro Player di Game Fortnite
Bermain Game Tidak Selalu Negatif
Kiki menjelaskan bahwa bermain game bisa menjadi bentuk ekspresi diri, layaknya bermain futsal atau sepak bola. Hanya saja, perbedaannya, game bisa diakses lewat ponsel dan dimainkan kapan saja. “Kalau berlebihan, ya jelas bisa berdampak ke karakter. Dan itu yang sebenarnya sedang dijaga oleh Kang Dedi,” lanjutnya.
Menurutnya, penting bagi masyarakat dan orang tua memahami konteks bermain game. Anak-anak yang bermain secara berlebihan dan tidak terkendali memang perlu diarahkan, tapi bukan berarti semua pemain game pantas mendapatkan stigma negatif. Terlebih, dunia esports kini menjadi industri besar dengan peluang karier yang menjanjikan.
Pendidikan Karakter dan Esports Bisa Jalan Bersama
Menariknya, ESI Jabar menegaskan bahwa program pendidikan karakter seperti yang dijalankan Dedi Mulyadi sebenarnya sejalan dengan pola pembinaan atlet esports profesional. Kiki mengungkapkan bahwa atlet esports tidak hanya dilatih secara teknis, tetapi juga secara mental dan fisik.
“Untuk PON kemarin, atlet kami ikut karakter building selama seminggu. Ada latihan fisik, pelatih khusus, sampai pendamping psikolog. Bahkan jam main dibatasi, siang 4 jam, malam 2 jam,” ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa esports bukan sekadar “main game”, tapi membutuhkan pengelolaan waktu, kesehatan, dan mental yang serius.
Dengan demikian, program yang dijalankan pemerintah daerah bisa menjadi alat bantu untuk menyaring dan mengarahkan anak-anak dengan minat besar pada game agar menempuh jalur yang positif dan profesional.
Potensi Esports Jabar dan Harapan ke Depan
Kiki juga menyoroti bahwa Jawa Barat memiliki potensi besar di dunia esports. Pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 lalu, tim esports Jawa Barat berhasil meraih prestasi membanggakan satu medali emas dari cabang Free Fire dan dua medali perunggu dari Mobile Legends serta Lokapala.
Tinggal masyarakat perlu lebih paham bahwa esports ini serius, bukan sekadar main game,” tegas Kiki. Menurutnya, dengan pemahaman yang tepat, kebijakan seperti program pembinaan di barak bisa dimanfaatkan untuk memperkuat jalur prestasi, bukan sebagai alat hukuman semata.
Kiki berharap ke depan akan ada lebih banyak sinergi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan komunitas esports untuk membentuk generasi gamer yang cerdas, disiplin, dan berkarakter. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang gamer masuk barak hanya di INFORMASI ESPORT INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari beritaborneo.com
- Gambar Kedua dari www.detik.com